Press ESC to close

Mas Imam Aziz dan LKiS

Buku Kiri Islam terbitan LKiS Yogjakarta tersebut pertama kali saya baca sekitar akhir tahun 95 / awal 96an, yang saat itu kalau dalam bahasa sekarang cukup viral di sejumlah anak muda atau aktivis mahasiswa. 

Disitu tertulis nama M. Imam Aziz dan M. Jadul Maula sebagai editornya, dengan pengantar ciamik (dan sulit dipahami oleh kami yg masih 'unyu-unyu' saat itu) oleh Gus Dur. Buku itu adalah versi terjemah dari artikelnya penulis Jepang Kazuo Shimogaki, tentang Islam Kritis/Progresif (Kiri Islam), atau Islam yang seharusnya. Begitu bukan.

Karenanya saya pertama kali tau nama Mas Imam Aziz ya saat itu. Hal itu juga dibarengi dengan para sahabat/senior yang studinya di Jogja yang tinggal di Malang saat itu atau yang sama sama menginisiasi pendirian Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) seperti Gus Fat (Fatchurrahman Alfa), dll yang sering membincang nama Mas Imam Aziz dan LKiS. Walau belum pernah ketemu, akhirnya kami ikutan menyebut nama Mas di awal nama beliau, mengikuti apa yang disampaikan oleh Gus Fat tersebut. 

Singkat kata nama LKiS dan Mas Imam Aziz membumbung tinggi dikalangan aktivis Nahdliyyin maupun pegiat Pro Demokrasi. Buku buku terbitan LKiS kemudian laris manis bak kacang goreng, yang diserbu kalangan mahasiswa di kios-kios buku, khususnya kios yang spesialis "harga" Mahasiswa di berbagai kota. Yang ndak mampu beli biasanya inden/pinjam kawan yg punya di kosnya atau di sekretariat mahasiswa/kajian mahasiswa, yang terkadang sulit untuk dikembalikan (mungkin karena disimpan sebagai jimat). 

Suatu saat tanpa diduga, para senior kami mengadakan acara Pelatihan Paralegal Santri yg dihadiri para aktivis santri serta para Gus dan Ning dari berbagai kota, yang acaranya ditempatkan di ma'had kami (Pesantren Mahasiswa Ainul Yaqin UNISMA) tahun 98. Kami turut membantu jadi semacam panitia lokal, sembari bisa ikut nyimak para pembicara hebat memaparkan materi. Disinilah saya pertama kali berjumpa dengan Mas Imam Aziz. Beliau sebagai fasilitator kegiatan yg bagi kami monumental itu. 

Surprisenya kegiatan ini dihadiri oleh Gus Dur (GD) sebelum jadi presiden. Yang unik adalah GD saat itu keliru masuk ruangan di dalam Kampus UNISMA dimana berlangsung kegiatan Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) PMII fakultas ekonomi. Mungkin saat itu para pendherek GD tanya satpam kampus, yang asal diarahkan ke salah satu gedung yang ada kegiatan. Karena saat itu diacarakan pada Weekend

Dari pertemuan saya di acara Paralegal Santri dengan Mas Imam Aziz tersebut, kesan saya beliau adalah senior yang konsis di jalur 'kultural' dengan membesarkan lembaga kajian dan penerbitan LKiS. Konsistensi ini terbukti manakala era berikutnya lahir Partai Kebangkitan Bangsa, beliau tidak ikut-ikutan menjadi legislatif yang mana andai beliau mau tentu tidak sulit. Beliau berada di jalur Kultural & struktural NU dengan mengelola pondok pesantren bersama istri beliau di kediamannya di Yogyakarta, serta pernah menjabat di PBNU. 

Dini hari td (12 Juli 2025) beliau kapundhut, kembali ke Ilahi Robbi. Selamat jalan senior. Bagi kami panjenengan sumber inspirasi dan icon idealisme. Insyallah surga menantimu, Amin…

 

Penulis: Yusuf Amrozi

(Dosen Fak. Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya)

Redaksi PSID

Official Akun Redaktur Pesantren ID.

[Pesantren ID]hadir untuk berbagi pengetahuan dan cerita seputar pesantren dan keislaman melalui artikel, video, dan infografis yang kami produksi secara rutin. Semua ini terwujud berkat kerja keras jaringan penulis dan editor yang berdedikasi, namun untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan karya ini, kami memerlukan dukunganmu. Dengan menyisihkan sedikit rezeki, kamu ikut membantu pengelolaan platform sehingga pengetahuan tentang pesantren dan nilai-nilai keislaman dapat terus tersebar luas dan memberi manfaat.

Donasi QR Code

(Klik pada gambar)

QR Code Besar

Related Posts

Ketika Guru Dihukum karena Menegakkan Adab
Maulid di Negeri Kanguru: Menyemai Cinta Rasul dan Moderasi Islam di Perth
Trans7 dan Luka Kolektif Santri Indonesia: Ketika Layar Televisi Kehilangan Nurani
Kasus Trans7 Jadi Pelajaran, Gus Fayyadl Sarankan Pembatasan Kamera Di Ruang Pribadi Kiai Dan Stop Selebrifikasi Kiai

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

@PesantrenID on Instagram
Pengalaman Anda di situs ini akan menjadi lebih baik dengan mengaktifkan cookies.